Sebat Dulu~

Sebat dulu, yang memiliki arti "sebatang dulu" merupakan suatu kalimat ajakan yang digunakan untuk melakukan kegiatan hisap-menghisap asap tembakau atau biasa kita sebut sebagai kegiatan merokok. Hanya saja kalimat itu digunakan dalam keadaan-keadaan tertentu, semisal ingin undur diri setelah selesai nongkrong atau bisa digunakan sebelum kegiatan utama dilakukan. 
Kalimat itu pula yang sering kali Slamet dengar dari para kelompok PPA (Pemuda Perokok Aktif) yang beranggotakan teman-temannya sendiri ketika Ia hendak pulang kerumah setelah obrolan ngalor-ngidul itu selesai.

Sore hari ketika Slamet berkunjung ke salah satu indekos temannya yang berada tak jauh dari kampus tempat Ia melakukan proses perkuliahan Strata-1 (S1). Slamet yang kala itu sedang penat dengan hingar bingar kuliahnya datang dengan membawa sebungkus nasi padang beserta es teh kegemarannya. Yups, hanya satu porsi. Bukan berarti Slamet pelit, saat itu uang yang Ia bawa cuma cukup untuk mengisi perutnya pribadi.

Ketika sampai di TKP, Slamet hanya di sambut dengan jawaban salam. Tak ada penyambutan megah seperti kedatangan seorang Menteri yang telah berada di area pacu penerbangan pesawat dengan Tarian Sekapur SirihWalaupun begitu, keadaan tetap terasa hangat. Kehangatan yang bercampur bau keringat sore.

Slamet kemudian meletakkan tas serta menggantungkan kunci motornya di gantungan baju. Cara itu cukup efisien untuk meminimalisir keusilan temannya yang suka menyembunyikan kunci motor. Mereka senang sekali melihat temannya cemas ketika kehilangan kunci motornya.

Nasi padang telah usai di lahap dan Slamet pun langsung ikut menceburkan diri ke dalam obrolan yang begitu asyik. Mulai dari filsafat, keberadaan Tuhan, mata kuliah yang padat, dekan beserta wakilnya, dosen pengajar, mahasiswa, kehidupan keluarga, pengalaman pribadi tuntas mereka bahas di sore itu. Sampailah pada titik dimana teman-temannya yang sedang memperhatikan obrolan, Slamet justru fokus kepada ke empat temannya yang selalu membakar rokok lagi dan lagi tiap kali lintingan di sela jari itu habis mereka hisap.

Merokok merupakan agenda wajib bagi para PPA yang telah mengesahkannya menjadi kebutuhan primer di kehidupan keseharian. Apalagi ditambah dengan adanya obrolan menarik bersama sahabat, mulai dari kisaran harga Rp15.000 - 40.000 rela mereka keluarkan setiap harinya demi kelancaran perputaran otak atau sekedar menenangkan jiwa. "Walaupun obrolannya ngalor-ngidul, tapi tetap membutuhkan otak yang bekerja kan?". Begitu katanya...

Menurut Slamet, sistem kerja otak itu bisa bekerja bukan dari tiap lintingan rokok, tapi dari seberapa banyak buku yang mereka baca, seberapa sering melakukan diskusi, makanan apa yang mereka konsumsi, serta seberapa sering mereka berolahraga. Bukan dari sebatang rokok! Slamet berkata "Justru jika demikian, kalian telah terjebak ke dalam dunia sugesti!!". 

Maklum saja, Slamet adalah pemuda yang tidak tergabung ke dalam organisasi PPA, karena syarat utama masuk dalam ke anggotaan, Ia harus menjadi perokok. Slamet sempat belajar merokok saat duduk di bangku SMP kelas 2. Saat Sholat Tarawih usai, Ia di ajak oleh dua orang temannya naik ke lantai dua Masjid yang beratapkan langit untuk bersama-sama belajar menghisap sebungkus rokok Marlboro Black Menthol. Awalnya sempat Ia tolak, tetapi karena rasa penasaran yang tinggi, Ia memutuskan untuk ikut bersama temannya berkegiatan belajar mengajar di sana. Hanya saja Slamet tidak pernah bisa nyaman dengan pelajaran tersebut. Batuk yang melanda serta mata perih terkena asap membuatnya berkeputusan untuk tidak melanjutkan pembelajaran.

Slamet bukanlah anggota dari organisasi PPA, tetapi mereka tetap menerima keberadaannya. Slamet yang telah di hargai pun merasa ingin berbalas budi dengan selalu menunggu teman-temannya selesai merokok sebelum atau sesudah kegiatan utama dilakukan. Pikirnya, walaupun merokok dapat merusak kesehatan, selama diperoleh dengan cara yang Halal dan dapat menciptakan rasa persaudaraan, Slamet masih bisa memakluminya.

Perdebatan perihal rokok pun tak kunjung usai, sampai pada akhirnya Slamet melihat jam yang telah menunjukkan pukul 17.30 Wib. Merasa sudah terlalu sore, Ia pun bergegas membereskan barang bawaan serta mengantongi kunci motornya. Ternyata kunci tersebut masih tergantung di tempat semula. Ketika ingin pamitan, ketiga temannya yang hendak pulang bersama meminta Slamet untuk menunggunya sesaat. Mereka berkata "Tunggu sebentar met, sebat dulu baru kita pulang sama-sama". Slamet yang telah kehabisan energi debat melawan  ke empat temannya tadi pun meng iya kan permintaan tersebut.

20 menit berlalu, ternyata rokok terakhir yang mereka hisap adalah rokok yang ber kadar Nikotin 2,2 mg dan tar 31 mg. Jenis rokok yang cukup lama untuk di habiskan. Karena Slamet telah berkomitmen untuk balik menghargai teman-temannya, dengan memanfaatkan sifat penyabar yang Ia punya. Slamet pun tetap menunggu sampai sebat dulu yang mereka minta tercampak ke dalam asbak.

SELESAI

Nb Penulis :
Jika telah sampai ke bagian kalimat ini, penulis ingin mengucapkan Terima kasih dan meminta mengorbankan waktunya sedikit dari para pembaca untuk berkomentar tentang cerita diatas. Tulisan pertama penulis yang telah menghabiskan dana sebesar Rp36.000,- untuk dua bungkus rokok asal Kediri serta beberapa malam yang harus penulis korbankan demi terlaksananya tanggung jawab pribadi ini. Silahkan caci maki atau berkomentar tentang apa saja, dari segi tulisan, alur cerita atau yang lainnya. Sampaikan tidak perlu dengan bahasa formal jika itu memberatkan atau boleh berkirim pesan pribadi ke akun media sosial yang tertera di bawah ini...

Terimakasih...

Kerinci, 25 Nov 2020

Ttd penulis,

Abdul Fauzi

Komentar

ML mengatakan…
Luar biasa, ada pengetahuan baru yg sa saya dapatkan dari blog ini,bahasanya sederhana dan mudah untuk dicerna oleh umum. semangat terus jaga kesehatan bosku.
Hang tuah mengatakan…
Kereenn, lanjutkan ditungu tulisan tulisan lain jik
Abdul Fauzi mengatakan…
Wah terimakasih banyak bang. Untuk semangat dan jaga kesehatan, sepertinya setiap manusia telah melakukan itu hehe. Di tunggu tawaran ngopi Mailnya bg wkwkwk
Abdul Fauzi mengatakan…
Terima kasih banyak mas bro. Semoga kedepannya tidak bosan dalam menunggu tulisan lainnya. Sukses 💪💪
Mate mengatakan…
Top, bahasanya mudah di cerna
Abdul Fauzi mengatakan…
Sip
Terimakasih banyak atas komentarnya
Sukses selalu untuk tulisan dan dirimu pribadi 🙏
Unknown mengatakan…
Ditunggu versi bukunya
Abdul Fauzi mengatakan…
Amiin. Terimakasih banyak atas support nya

Postingan Populer